Sulang, Rembangcyber.net – Pondok Pesantren Alhamdulillah Kemadu, Kecamatan Sulang menggelar haul ke – 18 KH A Syahid Sholihun dan Harlah ke – 70 Pondok Pesantren Alhamdulillah Kemadu, Ahad (20/2/2022).
KH Ahmad Syahid Sholihun adalah pendiri sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Alhamdulillah Kemadu.
Haul digelar di halaman pondok. Hadirin memenuhi seluruh penjuru halaman.
Tampak hadir Wakil Bupati Rembang, M Hanies Cholil Barro’ (Gus Hanies) dan Bupati Blora Arief Rohman.
Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) dalam mauizahnya menceritakan sosok Kiai Syahid merupakan sosok yang selalu bersyukur dalam setiap saat dan waktu. Menurut Gus Mus, tidak semua orang mampu mensyukuri segala nikmat yang diberikan Allah SWT.
“Wong sek syukur iku sek sadar entuk anugerah. Yang gak sukur ya gak sadar nek entuk anugerah,” ucapnya.
Gus Mus menegaskan, Kiai Syahid dalam kehidupannya, isinya selalu bersyukur.
“Kalau kita ini mensyukuri anugerah saja kadang kesulitan, karena tidak menyadari bahwa kita mendapat anugerah,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Gus Mus menerangkan, peringatan haul Mbah Syahid pada hakekatnya bukan Kiai Syahid yang butuh doa dari kita, tapi kita yang berharap mendapat limpahan berkah Mbah Syahid.
“Kiai Syahid ora butuh dungo kito. Kiai Syahid kok mbok dungakno? Kiai syahid nek dungakno sampean iku pantes. Nek dungakno Mbah Syahid, nguyahi segoro,” terangnya.
Gus Mus mengibaratkan, seperti air dalam gelas, Mbah Syahid itu sudah penuh. Kita mendoakannya karena kita berharap, air yang penuh tersebut tumpah dan memercik pada diri kita.
“Ibarate banyu teng gene gelas, Kiai Syahid niku empun kebek. Ben mbleber nek awakke dewe. Sik penting mblebere iku. Awake dewe kebleberan karomahe Mbah Syahid, barokahe Mbah Syahid. Paling ora sampean raine padang,” imbuhnya.
Gus Mus mengaku, semasa hidup, dirinya selalu sowan Mbah Syahid minimal sekali dalam sebulan. Hal itu dilakukan semata-mata agar mendapat limpahan berkah Mbah Syahid.
“Meh minimal sak wulan pisan mesthi sowan mriki. Mesthi disuguhi. Sek penting angsal padange wedanane.
Padang ora trimo madangi awake dewe tapi juga sekitar,” terangnya.
Gus Mus juga menceritakan sosok Kiai Syahid yang selalu berzikir dengan kalimat Alhamdulillah. Apapun yang tejadi, yang keluar dari mulut Kiai syahid adalah Alhamdulillah. Menurut Gus Mus, Alhamdulillah adal simbol terangnya hati.
“Alhamdulilah adalah simbol padange ati. Byar kabeh padang. Kulo nek bakdo mriki, wangsul Rembang koyo menungso anyar kabeh,” tegasnya.
Sementara itu Wakil Bupati Rembang, M Hanies Cholil Barro’ (Gus Hanies) yang didaulat di podium mewakili pemerintah mengajak kepada seluruh hadirin untuk senantiasa menjaga kesehatan di tengah situasi pandemi yang belum usai ini.
“Kulo mriki niku sami kalih njenengan sedoyo, nderek ngalap berkah Mbah Syahid. Sebagai wakil pemerintah, kulo ngajak monggo kito jagi kesehatan,” ucapnya.
Kiai Syahid wafat pada Jumat Pon, 3 September 2004 bertepatan 17 Rajab 1424 H pada usia 81 tahun. Kiai Syahid dimakamkan di sebelah pusara istri pertamanya, Nyai Shofiyah di komplek pondok.
Sepeninggal Kiai Syahid, Pondok Kemadu diasuh oleh istri kedua, Nyai Hj Nur Rohmah Syahid dibantu putra putrinya yakni Gus M Luthfi Robi’ Akbar (Gus Obi) dan Safiqoh Samiyah (Neng Sa).
Rangkaian haul juga diisi berbagai kegiatan seperti festival Hadroh, takhtimul quran bil ghoib, takhtimul quran binnadhor dan temu alumni. Rom