REMBANGCYBER.NET, SULANG – Tradisi Kupatan atau Lebaran Ketupat di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah dirayakan pada H+7 Idulfitri. Meski masih suasana pandemi, masyarakat Rembang antusias menjaga tradisi Kupatan yang sudah berlangsung secara turun temurun.
Bedanya, saat sebelum pandemi, pada Lebaran Ketupat masyarakat berbondong-bondong mendatangi tempat wisata usai menggelar kondangan ketupat di musala atau masjid setempat. Tapi saat pandemi seperti ini, hasrat untuk berwisata tentu dibatasi guna menghindari kerumunan sebagai ikhtiar menekan penyebaran Covid-19.
Lebaran Ketupat membawa berkah tersendiri bagi para penjual janur (daun muda kelapa) di Kabupaten Rembang. Beberapa penjual janur mengaku kebanjiran pesanan.
Lumrah saja, janur sendiri saat ini sudah mulai langka lantaran semakin berkurangnya populasi pohon kelapa di Kabupaten Rembang.
Selain janur, sejumlah penjual juga menyediakan selongsong ketupat, karena banyak warga yang tidak mau repot membuat ketupat sendiri.
Salah seorang pedagang janur asal Kecamatan Sulang, Junadi mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan janur menjelang tradisi Kupatan, dirinya membeli janur dari beberapa petani di wilayah Kecamatan Sulang, Gunem dan Bulu.
“Banyak peminat sampai kewalahan. Sayangnya stok terbatas karena jumlah pohon kelapa yang semakin minim,” ucapnya, Selasa (18/5/2021).
Ia mengaku menjual janur secara eceran satu ikat berisi 50 helai seharga Rp20 ribu. Sehari, ia bisa menjual 20 hingga 50 ikat.
Hal sama dikatakan penjual janur asal Kecamatan Rembang, Dwi. Ia selain menjual janur di Pasar Rembang juga melayani penjualan secara online.
“Iya peminatnya sangat banyak. Kalau pagi di pasar, tapi juga jual online lewat medsos Facebook maupun Whatsapp. Kami jual Rp20.000 per ikat isi 50 janur,” ucapnya.
Dwi mengaku selain menjual janur ia juga menjual selongsong ketupat. Untuk selongsong ketupat, seikat berisi 10 buah dijual seharga Rp7.000 hingga Rp8.0000.
“Biasanya bagi ibu-ibu yang gak mau repot, langsung beli selongsong,” imbuhnya.
Tradisi Kupatan atau Lebaran Ketupat di Rembang merupakan tradisi yang berlangsung setiap H+7 Idulfitri. Sebagian warga menyebutnya Bodo Kupat.
Masyarakat bersuka cita membuat ketupat lengkap dengan lepet, sebagai sedekahan untuk melengkapi keceriaan Hari Raya Idulfitri.
Dalam filosofi Jawa, ketupat berarti ngaku lepat (mengaku salah). Sedangkan lepet berarti silep kang rapet (menutup yang rapat).
Sehingga kupat lepet dapat dimaknai setelah meminta maaf atas kesalahan masa lalu, jangan diulang lagi dan jangan diungkit lagi untuk membuka lembaran baru. Rom