Sebelum melakukan orasi di halaman Kantor DPRD Rembang, massa pendemo dengan mengusung berbagai poster penolakan atas kebijakan Menteri Susi melakukan longmarch di jalur Pantura Rembang tepatnya di Jalan Pangeran Diponegoro.
Polisi terpaksa mengalihkan arus lalu lintas dari arah Semarang maupun Surabaya untuk menghindari kemacetan.
Ketua Asosiasi Nelayan Dampo Awang Bangkit, Suyoto mengatakan aksi ribuan nelayan merupakan bentuk penolakan atas kebijakan Menteri Susi terkait pelarangan cantrang bagi nelayan.
“Kami sampaikan petisi menolak kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti terkait pelarangan alat cantrang. Kami juga meminta kepada Presiden Joko Widodo agar segera mencopot Menteri Susi dari jabatannya,” tegasnya.
Suyoto menambahkan, Permen No 2 Tahun 2015 tentang pelarangan alat cantrang sangat memojokkan nelayan di Rembang yang kebanyakan menggunakan alat tangkap cantrang.
“Kalau cantrang tidak diperbolehkan, terus bagaimana nasib kami?” tandasnya.
Selain melakukan orasi, pendemo juga menggelar aksi teatrikal. Dalam aksi teatrikal tersebut, seorang perempuan mengenakan pakaian Jawa dengan topeng bergambar wajah Susi Pudjiastuti diarak oleh nelayan.
Selanjutnya, seorang nelayan yang berperan sebagai malaikat maut, lengkap dengan kostum dan senjata bertuliskan “Malaikat Pencabut Susi”, mengeksekusi sang menteri.
Aksi teatrikal diakhiri dengan pembakaran replika pocong yang terdapat gambar wajah menteri Susi.
Tak hanya itu, massa juga membubuhkan tanda tangan menuntut Menteri Susi mundur di atas kain putih panjang yang dibentangkan pendemo di halaman Kantor DPRD setempat.
Setelah menyampaikan tuntutan, massa selanjutnya ditemui Wakil Ketua DPRD Rembang Gunasih dan M Bisri Cholil Laquf.
Pendemo mengancam jika tintutan mereka tak digubris, nelayan Rembang akan menggelar aksi demo besar-besaran di Jakarta bertepatan pada 6 April mendatang bertepatan dengan Hari Nelayan Nasional. (AM)